Hubungan Antara Tingkat Stres dan Kadar Kortisol Saliva dan Faktor Penyebab Stres Residen Anestesiologi dan Terapi Intensif pada Era Pandemi Covid-19

  • Andre Kurniawan Universitas Airlangga RSUD Dr Soetomo Surabaya
  • Arie Utariani Universitas Airlangga RSUD Dr Soetomo Surabaya
  • Hamzah Universitas Airlangga RSUD Dr Soetomo Surabaya
  • Nalini Universitas Airlangga RSUD Dr Soetomo Surabaya
Keywords: COVID-19, kortisol saliva, PSS-10, residen anestesi, tingkat stres

Abstract

Pandemi COVID-19 berdampak pada proses pendidikan residen anestesi yang merupakan salah satu garda depan pelayanan medis. Situasi seperti ini akan menambah stres dan beban mental yang berpotensi menurunkan imunitas tubuh dan kualitas pelayanan. Kortisol saliva merupakan biomarker stres yang reliabel dalam mengukur tingkat stres karena bersirkulasi akut dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kadar kortisol saliva dengan tingkat stres residen anestesiologi dan terapi intensif di era pandemi COVID-19 yang diukur menggunakan perceived stress scale (PSS-10). Metode penelitian adalah observasional analitik dilakukan pada 40 residen anestesiologi usia 28-39 tahun dan dalam masa putaran stase ruang isolasi khusus (RIK) dan ruang resusitasi (RES) yang menangani pasien terpapar COVID-19 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Agustus-September 2020. Hasil perhitungan statistik dengan Uji Spearman, hubungan antara PSS-10 dan kadar kortisol, tingkat stres ringan (25% vs 67,5%) dan stres sedang (75% vs 37,5%) secara statistik bermakna (p=0,005; r=0,388) Simpulan: Tingkat stres residen anestesiologi berdasarkan PSS-10 berkorelasi linear terhadap kadar kortisol saliva di era pandemi COVID-19. Faktor stres paling dominan yakni perasaan kesal akibat sesuatu terjadi secara mendadak dan gugup jika terjadi hal diluar kendali. PSS-10 layak dipertimbangkan sebagai modalitas alat ukur dalam menilai tingkat stres residen anestesi di era pandemi COVID-19.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2021-02-23